Mengapa Akses Vaskular Begitu Penting Bagi Pasien Gagal Ginjal?

Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menyatakan akses bagi pasien cuci darah begitu sangat penting bagi keberlangsungan hidupnya, dimana beberapa waktu yang lalu salah satu pasien cuci darah akhirnya meninggal karena tidak memiliki akses untuk tindakan baik A-V Shunt (Penyambungan Arteri Vena), CDL (Catheter Double Lumen) dan Femoral.

Oleh Karena itu, KPCDI mengelar seminar awam dengan tema “Pencegahan Masalah Akses Vascular pada Pasien Gagal Ginjal”. Seminar itu diselenggarakan oleh KPCDI Cabang Yogyakarta bekerjasama dengan Fresenius Medical Care Indonesia yang dihadiri lebih dari 170 peserta, Minggu (6/5) di Grand Pasific Restauran & Convention Hall, Yogyakarta.

AV Shunt (=AV Fistula = Cemino) merupakan akses utama dan permanen untuk tindakan hemodialisa. AV Shunt adalah sebuah tindakan pembedahan kecil di lengan yang menghubungakan langsung antara pembuluh darah vena dan pembuluh darah arteri. “Sebaiknya pemasangan akses AV Shunt dibuat dilengan kiri yang jarang digunakan untuk bekerja. Agar AV Shunt berhasil terbentuk, maka tangan kiri tidak boleh di suntik untuk pengambilan sampel darah, tidak terdapat edema, tanda-tanda infeksi maupun tidak ada hematom (gumpalan darah),” ujar Dr. dr. Supomo Sp.BTKV (K) dihadapan peserta.

Dosen yang mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ini juga menjelaskan, setelah operasi, akses siap dipakai untuk tindakan cuci darah sekitar empat sampai enam minggu, dan juga lengan tangan yang digunakan untuk akses cuci darah jangan sampai tertekan dalam waktu yang lama setelah Hemodialisis atau ketika tidur. “Dan yang paling penting menjaga tekanan darah, jangan terlalu tinggi dan pula jangan terlalu rendah.” Ungkapnya.

Sementara itu, Hertati Purwanto, Clinical Resource Specialist dari Fresenius Medical Care Indonesia juga mengatakan sebelum proses hemodialisa berlangsung, setiap pasien harus aktif berkomunikasi dengan perawat untuk meminta mereka melakukan pemeriksaan desiran akses AV Shunt. “Bila desirannya mengecil, harus rajin berlatih meremas bola tenis yang telah dibagi dua agar akses AV Shunt tidak mati dan berfungsi dengan baik untuk pencapaian adekuasi dalam proses hemodialisa,” ujarnya

Pada sesi akhir acara, dr. Niko Azhari Hidayat, Sp.BTKV melakukan pemeriksan dan konsultasi akses AV Shunt bagi peserta. “Bilang kepada perawat agar menusuknya jangan disatu tempat saja. Harus berpindah-pindah, untuk menghindari perembesan darah dan pembesaran pembuluh darah. Selain itu, QB (kecepatan aliran darah) pada mesin bisa tinggi untuk mencapai adekuasi,”  jelas pendiri AVShunt Indonesia ini kepada salah satu pasien.

Leave a Reply